Hidup yang Lebih Hidup


Hidup itu…bicara tentang pilihan. Adakalanya kita merasa pilihan yang kita ambil adalah yang paling tepat. Tak jarang, kita menyesali pilihan yang telah dengan masak kita pertimbangkan.
Nyatanya, tetap saja hidup tak akak lepas dari pilihan dan pilihan lagi. Ke mana saja kita melangkah, kita akan dihadapi sebuah pertanyaan yang memungkinkan kita untuk menjawab satu dari sekian banyak.
Karenanya, sebelum memilih, berfikirlah. Jangan berfikir sekadar berfikir. Berfikir di sini haruslah berfikir yang benar dan produktif. Jika kita berfikir tapi dengan asumsi-asumsi yang salah, ya sama saja… Pilihan yang kita ambil justru akan membuat kita termenung menyesal di kemudian hari.
Berbeda, jika kita berfikir dengan pola yang benar. Berdasarkan fakta yang valid. Datanya akurat. Informasinya pasti benar. Kemudian kita sambungkan antara fakta yang kita indra dengan informasi-informasi yang benar pula. Insya Allah kesimpulan yang akan kita dapat, benar pula adanya…
Berfikir juga haruslah produktif. Menghasilkan. Janganlah berfikir untuk melakukan sesuatu tanpa berfikir upaya atau langkah2 praktis yang harus ditempuh untuk mewujudkan sesuatu tersebut. Nonsense itu… Jika hanya pandai mengonsep, tapi tak pandai menyusun strategi untuk bertindak.
Jadi, berfikirlah. Bertindaklah. Pilihlah pilihanmu, dan jangan sesali. Sesungguhnya, jika kita renungi pilihan kita dengan argumentasi yang tepat sebelum memilih, insya Allah kita tak akan salah pilih.
Yakin, hayati, dan resapi pilihan yang telah kita tarik. Selanjutnya, nikmati segala sesuatunya. Ada hikmah di baliknya. Ada kebaikan di belakangnya. Jika kita mau terbuka pada hal itu.
Crafty Rini Putri.

Bijak dengan Phone


Kadang kita butuh melepas phone dari tangan kita.
Lihat, betapa banyaknya orang yang butuh kasih sayang kita.
Tugas yang masih menumpuk…
Bahkan kewajiban yang belum tertunaikan.
Bijaklah kita dengan phone ini.
Banyak yang bikin kita lebih baik lagi dengan sarana phone, tak sedikit pula kita menjadi lalai.
Sejenak, nggak ada salahnya kan kita bener-bener melepas phone dulu.
Bercengkeramalah dengan keluarga. Bicarakan apa yang dapat menyatukan hati.
Tengoklah tugas-tugas kita…yang sering kali kita abaikan karena kita berujar lelah. Mulai sekarang, berjanjilah jangan gunakan phone sebelum tugas selesai.
Pergilah berwudhu dan munajatlah. Ambil Al-Qur'an, bacalah…hafallah…amalkanlah…hayati dan resapi setiap ayat cinta dariNya.
Cintai kita. Cinta phone kita. Dia juga butuh istirahat.

Crafty Rini Putri.











Cinta Saja Tak Cukup


Hidup ini selalu berbicara tentang pilihan. Tiap pilihan yang diambil adalah keputusan yang terbaik menurut kita.
Menikah dengan orang yang kita cintai atau tidak adalah pilihan. Namun, mencintai orang yang telah menikah dengan kita adalah keniscayaan.
Cinta, sering orang mengatakannya sebagai energi kehidupan. Jika tak ada cinta, hidup berlalu seperti air yang mengalir entah ke mana. Ibarat masakan tanpa garam. Hambar.
Karenanya, cinta sebagai asupan bagi tubuh kita jangan disepelekan. Tanamlah ia dengan akar yang kokoh. Iman. Hingga lesakannya mampu seimbangkan nada cinta. Semailah ia dengan buah yang ranum. Karakter. Hingga lezatnya dapat warnai cinta.
Milikilah iman dan karakter untuk mengiringi cinta yang suci. Yang indah dan mengindahkan. Yang membahagiakan dirinya dan diri orang yang dicintai.
Ini kunci sebuah pernikahan.
Cinta adalah energi. Namun tanpa iman, energi ini akan negatif, ibarat sampah yang kian membusuk. Jika tanpa karakter, cinta akan mati, dan keegoisan menjadi sebab kematiannya.
Cintailah suami dengan segenap kelebihan dan kekurangannya. Karena iman ini menuntun untuk mencinta sosok yang banting tulang menafkahi kita.
Cintailah ia dengan kelembutan sanubari.
Perangai kita adalah penyejuk bagi suami.
Dan penyemai cintanya ada pada karakter kita yang sentiasa anggun bak permaisuri.
Membangun keluarga dengan cinta adalah sebuah keniscayaan. Adalah wajib menanamnya dengan iman kuat, dan menyemainya dengan karakter yang menentramkan.[]
Crafty Rini Putri, dalam Giveaway @supermomwannabe