Phinisi, Inspire to Stand Up!


Belajar dari nol.
Belajar mengejar visi dengan mata yang lebih jernih.
Belajar meresapi angin, cahaya, dan langit yang indah.
Belajar tetap tegap tegar walau badai sekencang apa pun.
Belajar kokoh walau pasukan melemah.

Kita bukanlah Sang Nahkoda, percayalah sejatinya Nahkoda itu adalah Allah azza wa jalla..
Siapa pun yang Allah percaya untuk mengendarainya, kita memiliki peran yang tidak perlu dipandang hebat. Yang lebih penting adalah kita memiliki peran yang baik. It’s enough, isn’t it?

Kita ada untuk saling menguatkan, bukan?
Seperti kata Soron dalam Legend of Guardian, “Mengguatkan yang lemah..”
Itulah salah satu tugas kita.

Kita hanya perlu berfikir baik. Bila itu dipandang aneh, asing, dan terlalu idealis, bisikkan dalam hati, wakafa billaahi syahiida.. Toh, Allah yang melihat, bukan manusia.
Sampai kita bisa memastikan, kita telah ambil bagian dalam perjalanan panjang ini.
Layar telah membentang, angin pun semakin berderu, mungkin badai kan datang, lalu apakah kita akan tetap saling mengandalkan? Atau saling menyalahkan atas buruknya kinerja? Atau malah memilih berdiam diri karna perjuangan ini terlalu pahit dan menyesakkan?
Maka, bila kita telah merasa sadar, rasakanlah angin itu.. cahaya itu.. langit itu..
Orang-orang yang sadar, adalah yang menggunakan hidayahnya, akalnya, senjatanya, tangan dan kakinya. Dialah yang harus menjadi penggerak!

Tenang saja, kita memiliki dramaga untuk bertengger dan mengumpulkan amunisi yang hampir habis; dalam tafakkur kita, dalam sujud kita, dalam keheningan malam.. kepada Sang Maha saja kita bisa melepas kegersangan, bahkan kekerontangan..

Sejarah mengukir sebuah kapal nan anggun dan megah.
Phinisi.
Bahwa hanya dengan bersahabat dengan alam, kita mampu membebaskan alam.
Kita menatapnya, kita mengenalnya, kita menghargainya, kita meresapi dan menikmati setiap geraknya, kita memberinya perhatian lebih, kita mewarnainya dengan energi positif..
Bila Phinisi, anggun dan megah dalam sejarah,
Kita, anggun dan megah, bukan untuk sejarah, melainkan hanya karena Allah..!

Sampai fajar pun ramah menemani kita, menyambut kemilau sesungguhnya..

Ah, rasa-rasanya Khilafah kian dekat.
Dekat di hati, lekat dalam ingatan, dan sesaat lagi.

Tidakkah engkau merasakan kerinduan ini telah memuncak, Saudaraku?
Lalu mengapa tak Kau gadaikan seluruhnya untuk kemenengan dinn ini?

Syahdu, mengalir indah Al-imran : 159,
Fa idzaa azzamta, fatawakkal ‘alallah….

Allahua’lam.

Saudarimu, menunggumu, menyambutmu, dan selalu bersamamu dalam perjuangan ini, insyaAllah!
Crafty Rini Putri


on Tuesday, August 9, 2011 at 4:35pm

0 komentar: