Keterbelakangan Mental pada Anak


Anak terlahir dengan potensi dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Dewasa ini masyarakat menghubungkan antara kemampuan perkembangan anak yang terhambat dan terlambat dengan penggunaan gadget pada anak usia dini yang berdampak pada minimnya stimulasi dari orang tua. Stimulus yang diberikan orang tua dan lingkungannya memang mempengaruhi kemampuan anak. Namun ada banyak faktor yang menyebabkan perkembangan anak terlambat. Penggunaan gadget pada anak hanyalah salah satunya, yang masih perlu ditelisik secara logika berpikir yang benar.

Pada bahasan #KonselingIslam kali ini akan mengupas sisi yang lain dari keterlambatan perkembangan anak. Sebagaimana kita tahu, ada anak yang melejit kecerdasannya sejak di usia dini. Namun ada juga yang bahkan sangat jauh dari kecerdasan anak rata-rata. Kita mengenalnya dengan retardasi mental, atau disebut juga disabilitas intelektual, atau lebih populer disebut keterbelakangan mental.

Apa itu keterbelakangan mental?

Bisa dikatakan keterbelakangan mental anak sebagai cacat pada kognitif atau intelektual anak. Biasanya cacat kognitif ini muncul pertama kali pada anak di bawah usia 18 tahun. Keterbelakangan mental ini termasuk gangguan perkembangan yang terjadi dari masa bayi, kanak-kanak, dan remaja yang ditandai dengan gangguan fungsi adaptif dan gangguan fungsi intelektual.

Gangguan Fungsi Adaptif

Gangguan fungsi adaptif seperti kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan efektif, kemampuan bersosial/interpersonal, kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari, kemandirian self care, self direction, keamanan, akademis dan sebagainya yang kinerjanya di bawah rata-rata usia anak seharusnya. Kita bisa mengamati fungsi adaptif ini salah satunya dengan melihat seberapa baik kemampuan anak ketika makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, berkomunikasi dan memahami pembicaraan orang lain, interaksinya dengan keluarga atau temannya, dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Gangguan Fungsi Intelektual

Gangguan fungsi intelektual berarti tingkat intelektualnya di bawah rata-rata anak yang bisa dilihat dari IQ (Intelligence Quotient) 70 ke bawah. Dengan tes IQ kita bisa tahu IQ anak, termasuk di bawah rata-rata atau tidak. Jika rata-rata IQ adalah 100, maka anak dengan gangguan fungsi intelektual memiliki IQ kurang dari 70. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat fungsi intelektual anak ini dengan kemampuan anak dalam belajar, kemampuan anak memecahkan masalah dan membuat keputusan, kemampuan anak membuat alasan, dan sebagainya. Gangguan perkembangan ini membuat anak mengalami keterlambatan dalam berbagai hal. Walau bukan termasuk penyakit, namun terjadi proses patologis pada otak anak.

Etiologi/Penyebab Keterbelakangan Mental

Faktor-faktor yang menyebabkan keterbelakangan mental pada anak ada 3 fase:

1. Masa Sebelum Persalinan
Hal yang dimaksud di sini adalah faktor keturunan, baik dari ibu atau pun dari ayah. Bisa juga faktor pada rahim ibu, misalnya ibu mengalami penyakit campak Jerman selama tiga bulan pertama kehamilannya, atau terkenal sinar x, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.

2. Masa Saat Persalinan
Ini bisa terjadi berupa dampak persalinan melalui operasi cesar, misalnya terjadi pendarahan pada jaringan otak atau tempurung kepala yang pecah ketika berusaha mengeluarkan anak. Perlu diingat, jika ibu mengabaikan pengobatan penyakit kuning setelah melahirkan bisa juga menyebabkan terjadi keterbelakangan mental pada anak di kemudian harinya.

3. Masa Setelah Persalinan
Yang termasuk di sini adalah anak mengalami demam tulang belakang, demam otak, kepala terkena benturan hingga tengkoraknya retak atau terjadi pendarahan pada otak. Atau bisa juga jika anak keracunan obat-obatan penenang atau pembasmi bakteri yang mungkin saja ditelan oleh anak.

Ada beberapa penyebab lainnya yang disebutkan Psychology Today, dari kasus keterbelakangan mental ini 25% penyebab yang diketahuinya antara lain:

• Trauma karena cedera sebelum/setelah melahirkan, kehilangan oksigen, paparan alkohol atau kokain pada janin, dan infeksi
• Kelainan genetik (kromosom) seperti mewarisi gen abnormal, down sindrom, malnutrisi
• Keracunan merkuri
• Gizi buruk
• Penyakit anak seperti batuk rejan, meningitis, atau campak.

Kategorisasi Keterbelakangan Mental

Pada dasarnya keterbelakangan mental dibagi menjadi 4 tingkatan:

1. Keterbelakangan Mental Ringan, dengan jangkauan IQ 50 sampai 70, termasuk autisme, epilepsi, atau cacat fisik
2. Keterbelakangan Mental Sedang, dengan jangkauan IQ 35-50, anak masih bisa mengambil bagian dalam kegiatan sosial yang sederhana
3. Keterbelakangan Mental Berat, dengan jangkauan IQ 20-35, anak memiliki gangguan motorik, perkembangan abnormal dari sistem saraf pusat yang parah
4. Keterbelakangan Mental Sangat Berat, dengan IQ di bawah 20, anak tidak dapat memahami dan mematuhi permintaan/instruksi, anak membutuhkan bantuan dan pengawasan secara terus-menerus

Gejala-gejala Keterbelakangan Mental

Berdasarkan urutan peristiwa dalam kehidupan anak, gejala keterbelakangan mental pada anak bisa dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Keterlambatan munculnya keterampilan dan perkembangan mental serta gerak anak. Bentuknya, anak tidak dapat memperlihatkan senyum pada satu bulan pertama usianya, padahal senyum adalah bentuk permulaan anak sehat dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Bentuk lainnya, anak terlambat dalam kemampuan dasar seperti duduk, berdiri, berjalan, dan melangkah.

2. Keterlambatan bicara.

3. Tidak dapat mengontrol tinja.

4. Terjadi penyimpangan perilaku, seperti anak bertindak kasar, ingin menghancurkan segala sesuatu yang dijumpai.

5. Tidak memiliki kewaspadaan.

6. Tidak mampu mengetahui atau menilai tingkat kesulitan dan bahaya yang mengancam, misalnya bergerak di jalanan tanpa peduli ada mobil lewat di depannya, meletakkan tangan di atas bara api, merasa takut secara berlebihan terhadap semua orang.

7. Senang bermain dengan air, baik yang bersih atau pun yang kotor.
Kadang-kadang gejala ini tidak muncul pada beberapa tahun pertama umurnya hingga tampak pada saat anak memasuki usia sekolah. Gejala-gejala yang ditampakkan saat usia sekolah ini antara lain: perkataan dan ucapannya tidak jelas, lemah dalam menghafal dan mendengar, cara anak berjalan dan berlari terlihat aneh. Keadaan ini termasuk kategori keterbelakangan mental sedang. Sehingga akan timbul beberapa masalah perilaku seperti agresif, ketergantungan, penarikan diri dari kegiatan dan lingkungan sosial, cari perhatian, depresi, kurangnya kontrol impuls, pasif, kecenderungan melukai diri, sikap keras kepala, rendah diri, rendahnya toleransi terhadap frustrasi, gangguan psikotik, kesulitan dalam perhatian. Kita juga bisa lihat pada anak yang mengalami keterbelakangan mental ini secara fisik perawakannya pendek dan wajahnya memiliki gambaran yang terbelakang.

Cara Menyembuhkan Keterbelakangan Mental pada Anak

Seorang anak bisa diketahui mengalami keterbelakangan mental dengan cara melakukan wawancara dengan orang tuanya, melakukan obervasi langsung pada anak, dan menguji kecerdasan anak dan perilaku adaptifnya. Jika IQ dan perilaku adaptifnya defisit, maka diwaspadai anak mengalami keterbelakangan mental ini.
Untuk menyembuhkan keterbelakangan mental pada anak, perlu dilakukan konseling dan terapi khusus. Dalam beberapa kasus juga memerlukan obat-obatan tertentu dari dokter. Orang tua dapat melakukan tes skrining perkembangan pada anak untuk menilai perilaku adaptif anak sesuai usianya juga untuk mengembangkan potensi anak secara maksimal. Latihan, pembekalan, dan berbagai terapi seperti terapi terapi wicara, terapi fisik, atau terapi keterampilan sosial, dan sebagainya bisa dilakukan secara kontinyu sebagai upaya penyembuhannya.

Anak dengan keterbelakangan mental biasa ditempatkan di sekolah luar biasa (SLB). Sebaiknya pendidikan yang digunakan untuk anak keterbelakangan adalah pendidikan inklusi, sehingga dapat membantu menyembuhkan keterbelakangan mental pada anak. Kesabaran dari orang-orang di sekitarnya terutama orang tua (khususnya ibu) adalah yang utama. Ibu yang ekstra sabar dapat membantu mempercepat kesembuhannya. Ibu dapat melatih kemandiriannya dan beberapa keterampilan hidup anak. Dengan dukungan yang tepat, anak akan mampu hidup mandiri hingga dewasa.
By : Crafty Rini Putri (Islamic School Counselor)

Apakah Kita Punya Masalah Mental?




Kita in syaa Allah sepakat yah, kalau aku, kamu, dan kita semua pasti punya masalah. Seringkali, masalah yang berdatangan nggak jelas, apa penyebabnya? Dan bagaimana solusinya?


Sebelum lebih dalam, kita musti paham dulu nih. Sesuatu yang menimpa kita adakalanya bersifat fisik, adakalanya nonfisik. Kalau fisik, secara kasat mata juga bisa terlihat. Seseorang yang sedang demam, tanpa dikatakan ia sedang demam pun orang-orang akan tahu bahwa ia mengalami sakit/masalah fisik. Penampakan wajahnya tampak, lesu dan pucat. Badannya tampak lemas.

Begitulah kita menilai sakit yang bersifat fisik. Bagaimana dengan yang nonfisik? Di dalam kamu psikologi, bahasa nonfisik di sini maksudnya adalah mental.

Apa itu mental? Mental adalah cara seseorang berpikir… cara orang merasa… cara orang bersikap… Oleh karena itu, ini penting. Tak dapat kita abaikan.

Bisa jadi di antara sahabat ada yang sedang sakit. Sakitnya secara fisik tampak. Namun bisa saja ternyata ia cenderung sakit pada mentalnya. Karena mental yang sedang bermasalah akan melemahkan tubuh dan membuat penyakit mudah datang.

So, paling tidak kita musti tahu dulu, di balik sakit yang dirasakan selama ini, kecenderungannya lebih ke fisik atau mental juga. Dengan mengetahui itu, kita jadi lebih tepat mendatangkan solusinya.

Jangan sampai ketika sakit, kita sudah ke sana ke mari, ke dokter satu dan dua dan seterusnya, eh ternyata kita justru sakitnya di mental.

By : Crafty Rini Putri (Islamic School Counselor)