Kenalan dengan Ovarium Poliklistik





Ini perbandingan ovarium yang normal dengan ovarium poliklistik.

Banyak yang mengirim pesan pribadi, nanya apa itu poliklistik… 

Nah sekarang aku jelasin sedikit yah. Sedikit aja, :D

Poliklistik itu keadaan di dalam ovarium kita…

Kalau ovarium yang normal… terdapatnya folikel yang matang yang kelak siap menjadi bakal janin

Yap! Kita sering denger dengan nama sel telur yang telah dibuahi kan? Itu dia maksudnya ;-)

Trus, poliklistik yang kaya gimana?? Nah ini nih…sebuah keanehan yang terjadi dalam ovarium, Dear…

Bagi yang udah nikah, pastinya pengen yah punya anak? Sekarang mari kita bayangkan, Dear…

Gimana jika sel telur yang ada dalam ovarium.. itu tidak ada yang berhasil dibuahi karena beberapa sebab…

Akhirnya ovarium terdapat sel-sel telur atau folikel yang tidak matang. Keadaan ini bisa bukan hanya terdapat satu folikel, tapi banyak.

Inilah yang kemudian disebut poliklistik. Adanya banyak folikel tidak matang di dalam ovarium…

Keadaan ini membuat seorang perempuan yang sudah menikah sulit mengalami kehamilan…

Bisa jadi seorang perempuan tergolong subur, tidak ditemui penyakit2, tetapi jika keadaan ovarium seperti itu, dia akan sulit hamil.

Bagi yang belum menikah, waspadalah jika kamu haidh nya nggak lancar dan teratur…. karena itu bisa menjadi salah satu indikasi.

Maka buat yang belum nikah, jangan cepet2 bilangin orang mandul yah Dear…. bisa jadi dia mengalami Ovarium Poliklistik ini.

Trus solusi buat yang belum nikah apa dong?? Yaa banyak2 berdoa dan bersyukur… dan juga banyak jaga kesehatan, jangan ga peduli sama tubuh ya Dear.

Kalo kamu masih sekolah or kuliah or belum nikah, jangan cuma karna ga ada uang akhirnya makan mieee terus tiap hari. Itu bener2 bikin rusak tubuhmu.

Kecuali kalo kamu masak mie dengan cara sehat dan cuma sekali seminggu misalnya. Ini sih okee ;-) ({})

Jangan kebanyakan jajan juga. Kalo mau jajan milih2 makanan n milih2 tempat… Jangan jajan hanya karna kamu mupeng bakso di pinggir jalan…

Apalagi kalo kamu minum es trus es nya terbuat dari es balok yang biasa diterminalkan di tempat sampah en ditutup dengan kain kotor.

So jaga kesehatanmu Dear.. Sehat itu gampang n murah banget. Asal kamu nggak males. ({}) =-d

Nah buat yang udah nikah gimana? Kalo kamu sudah memiliki anak, bersyukurlaaah…. Nggak semua perempuan bisa gampang punya anak.

Coba tatap mata anakmu… betapa berharganya mereka… dia sangat spesial dan keren abis. Jadi jangan kamu banding2in sama anak orang lain yaa.

Buat yang belum memiliki anak… bersyukurlaaah pula, karena kamu punya suami. Banyak orang gak gampang punya suami lhoo…. =-)

Nah selain kamu harus ekstra jaga kesehatan juga, kamu mustinya melakukan langkah2 yang dianjurkan agar dapat memiliki anak..

Bisa tanya sama dokter. Atau tanyalah pada yang berpengalaman… gimana cara memiliki anak. Ini bs dipelajari insya Allah. Kecuali kl Allah memang berkehendak..

Bisa juga dengan minum smoothy… Jus wortel campur tomat dan apel malang. Insya Allah ini salah satu ikhtiar untuk punya anak. Dicoba ya Dear…

Doaku, semoga temen2 terhindar dari ovarium poliklistik… dan bisa segera memiliki anak saat waktunya tiba.[]Crafty Rini Putri

Kabut yang Terbalut




Sunyi
sepiku rindu.

haluan di lorong ini
laksana tepian tak berujung.
tak berbatas. tak bersuara.

Remang
naluriku buncah.

setitik cahaya yang menyibak aksara
mata terus menangis, di dalam hati yang parau.

Hujan
datanglah sejukkan aku.
asap telah pilukan hidup. lelahku, kesahku, hilang dimakan senyapnya udara.

oh Pagi.
antarkan aku pada indahnya kemilau mentari.
seraya tenggelamkan kabut yang terbalut.[]Crafty Rini Putri

Aurora, Mengalihkan Duniaku



Tunggu. Menunggu. Adalah kata yang banyak diucapkan orang dengan nada kesal. Tanpa perlu ditanya, seorang yang telah menunggu lama, biasanya akan bosan, malas, dan marah.

Benarkah setiap orang demikian?

Nyatanya di detik ini aku masih menunggu. Menunggu waktu bergulir pada giliranku. Menunggu momen ketika arsy berguncang karenanya. Menunggu… dia yang kelak merajai hati.

Aku, rasa-rasanya telah mati rasa. Bosan, malas, dan marah tak terpatri dalam dadaku. Di setiap fajar, aku bergegas untuk memilin sayur agar dimasak dan disajikan selagi hangat demi ibu dan bapak yang sudah menua. Di setiap 10 jam selanjutnya kuhabiskan waktu di kampus untuk menyelesaikan studi magisterku. Di sela 10 jam tersebut, kusigapkan diri dalam organisasi yang kugeluti sejak SMA. Dan di sisa waktu terakhir, kugunakan untuk membuka lapak strawberry yoghurt di babakan sekitar kampus.

Aku, hampir tak ada waktu untuk mengkhayalkan seorang gadis yang kelak jadi istriku. Juga tak membayangkan apa-apa selain kerja kerja dan kerja.

“Tapi Gun, namanya cowok itu ya maju duluan! Mulai duluan! Masa kamu mau nunggu cewek turun dari langit! Mimpi kamu!” Ya. Hidupku memang seperti mimpi. Siapa yang kira, anak seorang loper koran dapat melanjutkan kuliahnya? Siapa pula yang kira, sarjana sastra tapi membuka bisnis buah strawberry. Ah. Ucapan Doni teman sekelasku di magister yang sudah beristri satu beranak dua tadi hanya terdengar sumbang di telingaku.

Di 25 tahunku ini. Aku masih belum memikirkan wanita. Walau ibu dan bapak sudah mulai gusar. Mereka takut, anaknya yang seperti kulkas ini tak akan pernah jatuh hati. Tak akan pernah ada wanita yang mengalihkan hidupnya.

Selama 15 tahun terakhir aku hampir tak pernah kenal dekat dengan wanita. Satu-satunya wanita yang akrab denganku selain ibu hanya teman SD ku. Yang dulu, saat aku tak disengaja terpaksa duduk satu bangku di kelas. Untungnya… ketika itu aku belum baligh, sehingga aku tak perlu menanam benih-benih kasih cinta pada gadis yang sering kupanggil Uni itu.

Entah bagaimana kabarnya. Aku pun telah melupakan namanya. Seakan kata wanita adalah virus dalam otak, sehingga tak betah bertahan dalam memoriku.

Dan sekarang. Aku masih sama seperti siapapun yang mengenalku dulu.

Ibu dan bapak hanya pasrah. Toh pun mereka tak dapat berdaya banyak. Aku biayai sendiri kuliahku, makan minumku, bahkan segala kebutuhan rumah ini.

Tapi, aku kini lelah.
Entah mengapa, ketika aku melihatnya di sudut jendela tadi pagi, ada sesuatu yang lain melintasi hatiku. Entah apa itu. Namun aku tahu ini sesuatu yang belum pernah kurasa sebelumnya. Aku yakin ini berbeda dari diriku biasanya.

Dia perempuan.
Usianya seperti 5 tahun di bawahku. Aku menatapnya ketika ia menyemai padi di sawah dekat rumah. Aku baru melihatnya. Hari-hari sebelumnya hanya nenek tua sekitar 60 an tahun yang kulihat dari bilik jendela. Ini bukan nenek tua. Melainkan seorang gadis.

Keherananku berpangkal dari waktu yang seakan terhenti kala matanya memandang mentari di pagi itu. Dia tampak bagai bidadari turun dari langit. Sungguh! Aku hanya mampu melihat siluetnya dari sini. Siluet yang terbentuk bayang layaknya cahaya yang berpendar anggun dalam dinginnya atmosfer lintang tinggi. Ya! Aurora. Kemilau cahayanya yang terang menyerupai fajar di pagi hari…

Dan. Pagi ini mataku terbuka amat lebar. Gerak hatiku ikut menggerakkan kakiku melangkah ke arah kepastian. Aku bukan lagi pujangga yang tak jelas pada siapa hati beradu. 
Kini saatnya aku melihat dunia lebih lebar, lebih luas, lebih dari sekadar apa yang ada di selingkaran retinaku. Tak terelak lagi, bahwa aku butuh wanita. Aku sangat membutuhkan sosok itu. Hatiku kering dan amat terasa kerinduannya. Oh Gadis… aku ingin melihat duniamu, masuklah ke dalam duniaku ini. Agar kau tahu, arti kita adalah menyatukan duniaku dengan duniamu. Agar aku menjadi ksatria yang perkasa karena sentuhan lembutmu. Dan engkau, menjadi indah dalam sebuah perlindunganku.[]Crafty Rini Putri

24 September 2015
23.13

Dunia Kita Tak Sama


Kutatap wajahmu seperti cermin yang memantulkan adanya aku..

Ayah kita satu
Lahir dari rahim yang satu

Wajahmu…
Kupikir ada gurat kegundahan
Sedang wajahku… menyiratkan keteduhan

Apakah kau berpikir sebaliknya?

Aku merasakan detik-detik bersamamu adalah jutaan kilometer yang harus kutempuh untuk menjemput asa.

Inginku hidup sendiri tanpa bayangmu.
Inginku lepas bebas dari gelombang yang membandingkan dua nyawa yang berbeda raga.

Aku selalu menyangka diriku lebih baik darimu
Aku bahkan menertawakan keluguanmu.

Tapi kau bergeming dan selalu iba untuk mendekatiku.
Kukatakan, aku tak perlu kau kasihani!
Seperti tembok menjulang tinggi yang memisahkan antara jiwaku dan jiwamu.

Aku selalu ingin tak sama denganmu.

Salahkah?

Serupa tak harus seiya dan sekata.
Kita punya mimpi yang beda.

Dan aku, berharap kau berhenti menatapku pilu
Lebih baik kau genggam tanganku
Kau peluk erat tubuhku

Karna kita, punya jiwa yang tak sama namun hati kita masih bisa bersama.[]Crafty Rini Putri

Me in Forty Years Old



“Saya terima nikahnya… ‘Aisyah aamirah renhoran binti Muhammad…” pikiranku mengawang. Lelaki itu berujar mantap. Hatiku berdesir. Rasa haru, bahagia, sedih, dan sesak memenuhiku.

“Sah!” Tiba-tiba sudah kudengar kata itu. Oh… apakah aku harus senang setelah ini, atau apa, entah.

“Astaghfirullah… aku nggak boleh melangkahi takdir. Aku… gimana mungkin meragukan lelaki yang sekarang terpampang jelas wajahnya di depan bola mataku.” Desisku lirih.
Lelaki itu meraih tanganku, dikecupnya, lembut.

Ah. Mungkin beginilah rasanya. Sungguh berat melepaskan putri kecilku yang kutimang-timang semasa kecil, pada orang lain, lelaki asing, yang entah pun ia akan melakukan apa saja bersama putriku kelak.

“Ibunda… terimakasih telah mendidik istriku sejak dalam kandungan hingga dewasa, dan saat ini menjadi pendampingku dunia. Izinkan aku… Izinkan ananda… untuk muliakan ia kini, saat ku di dunia…sampai di akhirat nanti….” Janji sucinya padaku.

Dia bernama Muhammad. Sama seperti nama ayah putriku. Lelaki yang tampak sangat muda di usianya yang 25 tahun. Yang kudengar dari 'Aisyah, ia pengusaha industri alat berat. Alumnus S1 Teknik Elektro di ITB, S2 Teknik Elektro di ITB, dan sedang menempuh S3 Teknik Elektro di Jepang.
Dari perjalanan akademiknya, aku bisa membaca, lelaki ini mencintai ilmu dan pendidikan.

Tapi… putriku masih kuliah. Usianya masih 18 tahun. Aku mengenang 15 tahun yang lalu saat usiaku masih 25 tahun dan ia 3 tahun. Lucu dan menggemaskan. Hari ini ia gadis cantik yang melekat dengan segudang prestasi. Wajar memang, sudah 13 lelaki datang melamarnya.

'Aisy…. begitu aku memanggilnya. Ia sekarang ada perempuan yang mampu mewujudkan semua mimpi-mimpiku masa muda dulu. Ia seperti replika diriku. Ide-ide yang berkeliaran di otakku yang tertunda karna kesibukanku yang tak terduga pasca ku menikah, mampu ia genapkan. I’m so…. proud!

Hatiku menangis…
Terkenang masa-masa teberatku menjalani nikah muda sambil kuliah dan mengembangkan bisnis dulu kala.

Tapi, sebait kata yang terdengar hangat di telingaku, tentang sosok lelaki yang menantramkan, “Sang Ali” yang penuh ilmu, Lelaki tampan dan sangat mapan, di usianya yang sangat matang. Apalagi yang kuharapkan? Bukankah ini kebahagiaanku yang sempurna di usia 40 tahunku.

Oh andai. Diri ini bisa pandai-pandai lah bersyukur. 
'Aisyahku kini telah halal bagi seorang lelaki impian. Aku adalah ibu, mencintai putriku akan ada selalu dalam benakku.

***

Kubuka jendela.
Kuresapi udara menyeringai sendi-sendi tubuhku.
Menyapa setiap sudut-sudut rumahku.
Bingkai-bingkai foto di dinding-dinding seolah bergerak ikut dalam alun pikirku.
Bingkai foto aku sekeluarga di Mekkah. Saat momen aku berhasil menaikkan haji ibuku…nenekku… ayah dan ibu mertua… serta adik-adik dan kakak. Senyum yang tersimpul di sana amatlah syahdu.

Kuarahkan mataku ke ujung taman yang sejuk, air mengalir di kolam dengan gemericik. Di sekitarnya rusa dan kancil menghiasi indah dan asrinya nuansa.

Kualihkan pandanganku ke tepi lapangan olahraga di samping rumah. Dari bilik jendela kuamati suamiku asyik bermain basket dengan putra-putraku. Mereka tertawa lepas. Sesekali melihatku dan melambaikan tangannya.

Kuhirup sedalam-dalamnya udara hening ini, setenang-tenangnya.

Allah…
Aku ingin menangis.
Semua mimpiku tak satu pun terlewatkan oleh-Mu.
Aku ingin menangis.
Meratapi kebiasaan burukku dulu yang terkadang sulit untuk move on.
Aku ingin menangis.
Karena limpahan rahmat-Mu teramat amat besar untuk dibandingkan ujian-ujian yang Engkau beri padaku.

Aku… 
Di usiaku yang tak muda lagi ini, 40 tahunku…
Hanya tersisa satu mimpiku.
Hidupkanlah aku, untuk terus berbagi dengan mereka. Yang mungkin hari ini tak tidur karena sakit di perutnya, menahan rasa, lapar dan dahaga. Juga untuk mereka, yang ingin menikah namun tak cukup biaya…tak punya bakal calon pendamping. Serta mereka, yang gigih berusaha namun penghasilannya tak mencukupi, rela mengorbankan kuliahnya untuk menafkahi keluarha, rela menghabiskan malamnya bekerja untuk menghidupkan anak istrinya.

Kabulkanlah mimpiku di ujung usia tuaku ini… Membahagiakan mereka. Agar aku yakin, usiaku menua… namun umurku berkah.[]Crafty Rini Putri

Look Around





Terkadang yang kita rasakan dan lihat, tak semua bisa dihitung oleh nalar. Jangan selalu berfikir seperti rumus matematika.

Jangan berfikir, hidupmu akan slalu sesuai pikiranmu. Kamu akan menjadi dewasa ktika kamu berpijak di bumi tp matamu ke langit.

Egois itu penyakit. Kalau nyaman dengan sifat itu, lihatlah suatu hari akan ada masa egoismu memakan dirimu sendiri.[]Crafty Rini Putri

Party is Not Me, but I Love Me!


“Na, kapan sih aku bisa kayak kamu”
“Kayak aku?” Nana menggumam, dan melanjutkan,
“Apanya dari aku La? Aku cuma orang biasa ini. Aku tuh bawel, ceria, have fun, suka banget ngobrol apalagi sama orang yang baru kenal tuh hmmm asik dah. Trus apalagi. Aku cuma orang kayak biasa aja. Kan banyak orang kayak aku, La.” Ujar Nana berbalik menatap mata Lala yang berair.
“La… kamu kenapa?” Nana tiba-tiba duduk di depan Lala.
Lala menelungkup. Hening dengan isaknya. Nana bergeming.
##
Mentari tak lagi terik. Sinarnya temaram. Tenggelam di bawah relung-relung hati Lala.
Senja ini Lala berniat pergi ke suatu tempat. Tempat yang belum pernah dikunjunginya sebelum ini. Tempat yang, mungkin sangat berbeda dengan kepribadiannya.
Tatapan Lala kosong.
Dan. Chiiiiiiiiiiiiiit…… Tiiiiiiiiiiiiin…..
Lala membanting setir.
Kaku. Tangan Lala dingin.
Tok tok.
Lala menoleh.
“Hey, are youuu okay?”
Lala membuka kaca mobil.
“Mm maaf.” Hanya itu yang keluar dari bibir kecilnya.
Perempuan itu tersenyum simpul.
“Gapapa Dek. Kamu mau ke mana?”
Ia memakai syal, pakaiannya cozy. Lala tergerak keluar mobil.
“Maaf ya Kak..” ujarnya mulai sadar.
Dhuarrrrrr! Chiuuuuuuuuuu! Dhuaaaarrrr!!!
Tiba-tiba dibalik alun-alun kota riuh.
“Dek, ke sana yok!” Wanita itu mengambil motor maticnya, dan mengajakku santai.
“Orang ini baru kenal udah ngajak-ngajak aja. Ga pake marah-marah. Hmmmmh.” Batin Lala
“Ayo Dek… aku pengen jalan aja. Kalo kamu mau..” senyum simpulnya kembali menyeringai.
Lala menatap langit-langit.
Selangkah kaki mengikuti gerak wanita yang berumur namun muda.
“Namaku Nana.”
“Whats?!!”
“Iya namaku Nana. Aku fotografer Majalah.” Ulangnya. Lala merasakan kepalanya berat berputar. Ia mencari-cari memori di otaknya tentang seberapa banyak nama Nana bertengger. Lala senyum kecut.
“Kak, kenapa lo ngajak gue liat ginian? Kan kita baru kenal,” tanyaku akhirnya berani.
“Mmmm…. enggak ada apa-apa sih. Aku cuma suka aja. Dan yah mungkin aja kita bisa jalan bareng.” Ucapnya datar tanpa beban
“Tapi kan tadi gue dah bikin lo kaget di jalan…” Wanita itu tak menjawab selain senyum simpulnya.
“Kak, kenapa sih nama lo Nana?” Kalo ini ia bergidik. Merasa aneh ditanya.
“Emang kenapa?”
“Hmmmhf.” Lala hanya menghela nafasnya berat.
“Ada masalah?”
“Mmmm… gue… gue ngerasa trauma aja sama nama itu. Gue banyak kenal nama Nana. Yang gue tau, mereka selalu bikin gue illfeel.” Lala menghela nafasnya lagi.
“Kalo boleh tau kenapa illfeel Dek?”
“Hmmf. Ga tau Kak. Mereka selalu aja the best. Cantik, kaya, dan pinter. Banyak temen pula. Party sana party sini. Sedang gue?! Ish…” Lala sangat berekspresi.
“Yah, itu kan mereka Dek. Kenyataannya kamu kan nggak sama dengan mereka.” Lalu cemberut mendengar ungkapan jujur Nana.
“Kok Kaka gitu?!!” Lala melengos.
“Dek, kamu ya kamu. Ngapain harus jadi mereka yang….”
“Tapi mereka selalu jadi Ratu Party. Mereka selalu pamer ke gue! Mereka ngajak gue kembang api lah apa lah. Gue gak pernah bisa!” Kini Lala setengah teriak.
“Kenapa?”
“Ya karna gue trauma! Gue trauma pesta! Gue trauma kembang api! Gue trauma kongkow! Gue trauma semua!! Gue trauma!!!” Lala berapi-api, menyambar muka Nana.
“O..oke Dek. Kamu udah lebih dari lima kali bilang trauma. Apa yang bikin kamu trauma Dek. Its fine, you do what you want Dek.” Ujar Nana berusaha tenang.
“Tapi gue enggak!!! Gue ni anak kampung! Gue anak cupu! Gue cuma bisa dikerjain doang sama mereka!! Dan gue dipingit sepanjang hari!” Lala masih teriak
“Yang kamu maksud dengan mereka siapa? Nana? Ada berapa Nana?” Wanita itu tertegun.
Lala diam. Berfikir.
“Dek…?”
Lala menoleh.
“Apa dia cuma satu orang?”
Lala mengangguk.
“Kamu… bersahabat dengannya, dan kalian berbeda karakter. Dia lebih diterima oleh orang, dan kamu enggak. Begitu?”
Lala menunduk.
“Lihat langit itu Dek. Lihat di balik alun-alun ini. Pancaran kembang api ini cuma benda. Cuma barang. Dan party cuma kejadian. Sedangkan kamu, kamu punya segalanya.” Nana merangkul Lala.
“M..maksudnya?”
“Yes, just be you Dek. You are so beautyfull with yours. Just be the best in you.” Ucapnya tegas.
Lala menunduk. Dalam. Airmatanya jatuh. Ia mengangkat kepalanya perlahan. Menatap langit-langit yang indah. Terpejam.
Rangkulan Nana menambah kehangatan hatinya.
Matahari sudah padam.
Namun cahyanya kini ada di dada.
Menyibak mendung.
“Just be you. Becouse, you love yourself!” Kata-kata terakhirnya di malam itu.[]
Crafty Rini Putri
#OneWeekOnePaper