Me in Forty Years Old



“Saya terima nikahnya… ‘Aisyah aamirah renhoran binti Muhammad…” pikiranku mengawang. Lelaki itu berujar mantap. Hatiku berdesir. Rasa haru, bahagia, sedih, dan sesak memenuhiku.

“Sah!” Tiba-tiba sudah kudengar kata itu. Oh… apakah aku harus senang setelah ini, atau apa, entah.

“Astaghfirullah… aku nggak boleh melangkahi takdir. Aku… gimana mungkin meragukan lelaki yang sekarang terpampang jelas wajahnya di depan bola mataku.” Desisku lirih.
Lelaki itu meraih tanganku, dikecupnya, lembut.

Ah. Mungkin beginilah rasanya. Sungguh berat melepaskan putri kecilku yang kutimang-timang semasa kecil, pada orang lain, lelaki asing, yang entah pun ia akan melakukan apa saja bersama putriku kelak.

“Ibunda… terimakasih telah mendidik istriku sejak dalam kandungan hingga dewasa, dan saat ini menjadi pendampingku dunia. Izinkan aku… Izinkan ananda… untuk muliakan ia kini, saat ku di dunia…sampai di akhirat nanti….” Janji sucinya padaku.

Dia bernama Muhammad. Sama seperti nama ayah putriku. Lelaki yang tampak sangat muda di usianya yang 25 tahun. Yang kudengar dari 'Aisyah, ia pengusaha industri alat berat. Alumnus S1 Teknik Elektro di ITB, S2 Teknik Elektro di ITB, dan sedang menempuh S3 Teknik Elektro di Jepang.
Dari perjalanan akademiknya, aku bisa membaca, lelaki ini mencintai ilmu dan pendidikan.

Tapi… putriku masih kuliah. Usianya masih 18 tahun. Aku mengenang 15 tahun yang lalu saat usiaku masih 25 tahun dan ia 3 tahun. Lucu dan menggemaskan. Hari ini ia gadis cantik yang melekat dengan segudang prestasi. Wajar memang, sudah 13 lelaki datang melamarnya.

'Aisy…. begitu aku memanggilnya. Ia sekarang ada perempuan yang mampu mewujudkan semua mimpi-mimpiku masa muda dulu. Ia seperti replika diriku. Ide-ide yang berkeliaran di otakku yang tertunda karna kesibukanku yang tak terduga pasca ku menikah, mampu ia genapkan. I’m so…. proud!

Hatiku menangis…
Terkenang masa-masa teberatku menjalani nikah muda sambil kuliah dan mengembangkan bisnis dulu kala.

Tapi, sebait kata yang terdengar hangat di telingaku, tentang sosok lelaki yang menantramkan, “Sang Ali” yang penuh ilmu, Lelaki tampan dan sangat mapan, di usianya yang sangat matang. Apalagi yang kuharapkan? Bukankah ini kebahagiaanku yang sempurna di usia 40 tahunku.

Oh andai. Diri ini bisa pandai-pandai lah bersyukur. 
'Aisyahku kini telah halal bagi seorang lelaki impian. Aku adalah ibu, mencintai putriku akan ada selalu dalam benakku.

***

Kubuka jendela.
Kuresapi udara menyeringai sendi-sendi tubuhku.
Menyapa setiap sudut-sudut rumahku.
Bingkai-bingkai foto di dinding-dinding seolah bergerak ikut dalam alun pikirku.
Bingkai foto aku sekeluarga di Mekkah. Saat momen aku berhasil menaikkan haji ibuku…nenekku… ayah dan ibu mertua… serta adik-adik dan kakak. Senyum yang tersimpul di sana amatlah syahdu.

Kuarahkan mataku ke ujung taman yang sejuk, air mengalir di kolam dengan gemericik. Di sekitarnya rusa dan kancil menghiasi indah dan asrinya nuansa.

Kualihkan pandanganku ke tepi lapangan olahraga di samping rumah. Dari bilik jendela kuamati suamiku asyik bermain basket dengan putra-putraku. Mereka tertawa lepas. Sesekali melihatku dan melambaikan tangannya.

Kuhirup sedalam-dalamnya udara hening ini, setenang-tenangnya.

Allah…
Aku ingin menangis.
Semua mimpiku tak satu pun terlewatkan oleh-Mu.
Aku ingin menangis.
Meratapi kebiasaan burukku dulu yang terkadang sulit untuk move on.
Aku ingin menangis.
Karena limpahan rahmat-Mu teramat amat besar untuk dibandingkan ujian-ujian yang Engkau beri padaku.

Aku… 
Di usiaku yang tak muda lagi ini, 40 tahunku…
Hanya tersisa satu mimpiku.
Hidupkanlah aku, untuk terus berbagi dengan mereka. Yang mungkin hari ini tak tidur karena sakit di perutnya, menahan rasa, lapar dan dahaga. Juga untuk mereka, yang ingin menikah namun tak cukup biaya…tak punya bakal calon pendamping. Serta mereka, yang gigih berusaha namun penghasilannya tak mencukupi, rela mengorbankan kuliahnya untuk menafkahi keluarha, rela menghabiskan malamnya bekerja untuk menghidupkan anak istrinya.

Kabulkanlah mimpiku di ujung usia tuaku ini… Membahagiakan mereka. Agar aku yakin, usiaku menua… namun umurku berkah.[]Crafty Rini Putri

0 komentar: