Tampilkan postingan dengan label inspire. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inspire. Tampilkan semua postingan

Percikan untuk Hati yang Tegar



Hati ini, mata ini, tangan ini, kaki ini
Janganlah engkau jadikan keras, hingga sulit memahami kebenaran.
Kadang niat baik, kau hentakkan dengan curiga
Awalnya manis, lalu beku.
Tak ada lagi itu kesejukan. tak ada lagi keramahan. tak ada kelembutan.
Samar!

Inginmu, inginku, ingin kita;
Menjemput mega di ufuk senja
Bariskan kepuitisan. atau kemunafikkan?
Tampaknya indah. padahal bangkai.

Kau menyeru dengan lantang.
Katamu itu idealisme
Namun saat kucoba berbagi rasa dan fikir, dalam sudut pandang yang lain,
Kau bilang aku picik. dan tersesat?
Lalu kau merasa benar. selalu benar.
Entah di mana itu kebenaran.

Batu tak lunak oleh batu.
Aku pun menjadi air, membersihkan, memulihkan.
Tapi kau buang aku ke comberan!
Aku beradu dengan limbah-limbah, sampah-sampah.

Setitik mentari adalah nafas bagiku.
Sayang, mentari justru temaram, lalu melarikan diri.

Sepertinya pekat makin gelap! Tapi masih berharap!
Ia ingin mengalilr… terus mengalir…
Ke muara yang tak lagi keruh
Kebeningan yang hangat
Memercik kembali energi, yang sempat hilang dimakan arus.

Hingga ayat terdengar syahdu,
Yaa… ayyatuhan nafsul muthmainnah..
Irj’I ilaa Rabbiki radhiyatan mardhiyah.
Fadkhuli fii ibadii… wadkhuli jannati…

Phinisi, Inspire to Stand Up!


Belajar dari nol.
Belajar mengejar visi dengan mata yang lebih jernih.
Belajar meresapi angin, cahaya, dan langit yang indah.
Belajar tetap tegap tegar walau badai sekencang apa pun.
Belajar kokoh walau pasukan melemah.

Kita bukanlah Sang Nahkoda, percayalah sejatinya Nahkoda itu adalah Allah azza wa jalla..
Siapa pun yang Allah percaya untuk mengendarainya, kita memiliki peran yang tidak perlu dipandang hebat. Yang lebih penting adalah kita memiliki peran yang baik. It’s enough, isn’t it?

Kita ada untuk saling menguatkan, bukan?
Seperti kata Soron dalam Legend of Guardian, “Mengguatkan yang lemah..”
Itulah salah satu tugas kita.

Kita hanya perlu berfikir baik. Bila itu dipandang aneh, asing, dan terlalu idealis, bisikkan dalam hati, wakafa billaahi syahiida.. Toh, Allah yang melihat, bukan manusia.
Sampai kita bisa memastikan, kita telah ambil bagian dalam perjalanan panjang ini.
Layar telah membentang, angin pun semakin berderu, mungkin badai kan datang, lalu apakah kita akan tetap saling mengandalkan? Atau saling menyalahkan atas buruknya kinerja? Atau malah memilih berdiam diri karna perjuangan ini terlalu pahit dan menyesakkan?
Maka, bila kita telah merasa sadar, rasakanlah angin itu.. cahaya itu.. langit itu..
Orang-orang yang sadar, adalah yang menggunakan hidayahnya, akalnya, senjatanya, tangan dan kakinya. Dialah yang harus menjadi penggerak!

Tenang saja, kita memiliki dramaga untuk bertengger dan mengumpulkan amunisi yang hampir habis; dalam tafakkur kita, dalam sujud kita, dalam keheningan malam.. kepada Sang Maha saja kita bisa melepas kegersangan, bahkan kekerontangan..

Sejarah mengukir sebuah kapal nan anggun dan megah.
Phinisi.
Bahwa hanya dengan bersahabat dengan alam, kita mampu membebaskan alam.
Kita menatapnya, kita mengenalnya, kita menghargainya, kita meresapi dan menikmati setiap geraknya, kita memberinya perhatian lebih, kita mewarnainya dengan energi positif..
Bila Phinisi, anggun dan megah dalam sejarah,
Kita, anggun dan megah, bukan untuk sejarah, melainkan hanya karena Allah..!

Sampai fajar pun ramah menemani kita, menyambut kemilau sesungguhnya..

Ah, rasa-rasanya Khilafah kian dekat.
Dekat di hati, lekat dalam ingatan, dan sesaat lagi.

Tidakkah engkau merasakan kerinduan ini telah memuncak, Saudaraku?
Lalu mengapa tak Kau gadaikan seluruhnya untuk kemenengan dinn ini?

Syahdu, mengalir indah Al-imran : 159,
Fa idzaa azzamta, fatawakkal ‘alallah….

Allahua’lam.

Saudarimu, menunggumu, menyambutmu, dan selalu bersamamu dalam perjuangan ini, insyaAllah!
Crafty Rini Putri


on Tuesday, August 9, 2011 at 4:35pm

FERVEUR!



Ada tiga golongan manusia yang tidak akan ditanya di hari kiamat, yaitu; manusia yang mencabut selendang Allah. Sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan dan kainnya adalah al-izzah (keperkasaan); manusia yang meragukan perintah Allah; dan manusia yang putus harapan dari rahmat Allah.
[hr.ahmad, ath-thabrani, al-bazzar]

Ukhti, tawadhu'lah. Tundukkan setiap jengkal kelebihan dengan sikap ridha pada Allah. Ingatlah tentang sebuah hadits riwayat an-nasai dan abu dawud, bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap ridha Allah semata.

Ukhti, bersegeralah. Tunaikan kewajiban-kewajibanmu. Sebelum datang masa tuamu, masa sempitmu, masa miskinmu, masa sakitmu, dan kematianmu. Lakukanlah saat ini juga, tanpa disuruh, tanpa mengeluh. Resapilah an-nisaa' ayat 65.

Ukhti, tetap tegarlah. Saat ini engkau belum menemui badai halilintar. Yang baru tampak di depan matamu adalah riak-riak kecil yang bisa engkau sapu dengan ketawakalanmu. Ingatlah ukhti, hidup dan perjuangan ini layaknya seleksi alam. Siapa saja yang kurang lurus niatnya, kurang ikhlas, tidak kuat, dan berharap pada selain Allah, maka ia akan terdampar, tersingkir dengan sendirinya tanpa permisi, seperti dedaunan lapuk yang menggugurkan dirinya sendiri.

Apakah kita masih mau melakukan yang kecil dan remeh temeh untuk hidup dan perjuangan ini??
Apakah kita akan terus meminta kasih sayang dan perhatian orang lain namun tak sedikit pun kita menebar kasih sayang di antara kita??
Apakah kita akan berteman dengan para pendosa, yang sehari-harinya tertawa, bahkan terbahak-bahak, padahal gunung dosa hampir menutupi wajahnya??
Apakah kita rela menjadi yang biasa-biasa saja, padahal energi yang membuncah dalam dada dapat meletus bak kilatan pedang yang menghunus kekufuran??
Apakah kita akan terlalu banyak bicara dan bertanya, namun NOL dalam tindakan??
Apakah kita akan terus ber'teori-teori, namun enggan dan sekedarnya saja dalam implementasi??
Apakah kita suka jadi pecundang daripada pemenang??
Apa yang engkau tunggu, saudariku....??
Mengapa tak kau genapkan ikhtiarmu, dengan kekuatan mabda'mu, dan sujudmu di sepanjang malam..?
For my team..FERVEUR..
Fajar ini, sedemikian indah untuk dilewatkan tanpa energi! Semangatlah menjemput ridhaNya!
Bergegaslah!
CARPE DIEM!!!

on Tuesday, October 18, 2011 at 12:15pm

inspirasi dari Al-fatih



salamun'alaikbimaashobartum.
ikhwahfillah,
tadi, saat nonton film sang penakluk konstantinopel, diri lemah ini semakin merasakan kelemahannya di hadapanNya..
Muhammad Al-Fatih II berjihad atas nama Allah, ia tidak pernah bosan mengingatkan pasukan terbaiknya dengan kalimat-kalimat penuh hikmah,
"Wahai pasukan terbaik! Jangan mulai langkahmu tanpa Dzikrullah, Bersabarlah dan Allah bersama kita! Siapkan diri kalian menjadi pilar2 Agama Allah!" 
Pasukan terbaik yang tak pernah lewat sekali pun shalat fardhu itu menjawab perintah Al-Fatih dengan tersenyum dan berkata,
"Tak ada pilihan lain, selain ta'at dan patuh."
Saat waktu bergulir, dan kemenangan pun belum berpihak pada kaum muslimin, Al-Fatih mengingatkan kembali pasukan terbaiknya,
"Musuh terbesar kita adalah dosa-dosa kita sendiri! Wahai pasukanku, yang aku takutkan adalah dosa-dosa kalian! Saudara-saudaraku, bertaubatlah kepada Allah. Allah pasti menolong Kita "
Begitulah Al-fatih membangkitkan pasukannya. Al-fatih juga menyemangati dirinya sendiri,
"Waktu belum berpihak pada kita, tapi aku tidak akan pernah membiarkan musuhku bernafas lega!"
Ikhwahfillah..
Kita, penerus risalah Muhammad SAW, para pembebas dengan cahaya Islam di tengah kegelapan,
yang tak lepas oleh khilaf karena kita hambaNya yang lemah, maka alangkah baiknya saling memaafkan atas kesalahpamahan yang pernah terjadi, lalu kita bertaubat bersama pada Dzat Yang Maha Pengampun.
Akhirnya, serupa dengan do'a Al-fatih,
"Ya Allah taklukkan Indonesia di tangan kami, kabulkanlah permohonan kami wahai Dzat Yang Maha Pemurah..."
saudarimu,
Crafty Rini Putri
Bogor, 5 Juni 2011

choose now

in the name of Allah..
to initiate an action, what we need? this is when we start out with one commitment. 
how strong intention to act now, that's what determines our lives. most people procrastinate their activities, they get lazy as the day is so long and there is plenty of time to rest at any time. procrastinators real action is on hold also his success by the Creator. we remember with paragraph 11 in the letter ar-ra'du in al-qur'anul kariim. "Allah will not change the fate of a people, before people are changing what is in themselves."
what we chose for this life? how our lives now? 
all we can choose. because life is a matter of choice. we can live with pleasure or enslaved by life.

for that, are there we think who we are, to the choices that we create ourselves fully describe the very special. The Creator is so especially us. then it is appropriate that we do nothing that indicates that we are special, by not fulfilling our days with things that are negative. whatever it includes attitudes do not accept the burden of this life, blame yourself, or cry over problems with excessive complaints.
modifier beings of the world are those who can draw a lesson from every incident. they will always learn from the positive environment.
make any occasion into something meaningful.

The most important thing for us this special person is acting as special and not cheap. that is evidenced in our attention in looking at life. it's time to get rid of 'reason' that, to act now, we need not worry anymore when we have been committed in our lives. later we will also feel the retribution for delays that we do once there are good intentions to act, or on the struggle of falling-down-build-build our lives in an effort to improve immediately.

when we plant corn we will reap corn. if we plant good we will reap a fortune. when we plant the ugliness we will reap misfortune. when we plant a pious charity we will get to heaven.
like what would happen in the future we are the result of what we do today. if we underestimate our lives now, we're going to be difficult life later. so, give the best after reading this suggestion.