06
Agustus

Jalan Islam, untuk Remaja

Kini….aku masih belia Hasrat terjajah Dibungkam, agar tak ada aspirasi Pintar pun tak berguna RUU Ormas telah mengebiri Saat teman-temanku rusak karna seks bebas.. tawuran.. pacaran.. narkoba.. Tak banyak yang dapat memberi ingat Justru diam seribu bahasa Padahal ada azhab Allah yang kelak menyengat. Apakah tidak tergerak..? Mengapa diri masih belum bertindak..? Tuhan…. Dalam semangat yang menggelora Terselip ...
03
Agustus

Just Simple

Saya teringat dengan seseorang. Yang bicaranya, cara berjalannya, memandang sesuatu, simple sekali. Jika ada yang mengritiknya, ia apa adanya. Tidak menolak, tidak melakukan pembenaran, tidak menyangkal, apalagi menyerang balik. Cukup diam, resapi, dan renungkan. Jika itu benar, ia segera perbaiki. Jika tak benar, tak ia hiraukan lagi. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Begitulah kita sepatutnya mendengar ...
03
Juli

Manisnya Hidup; Kita yang Tentukan

“Satu perahu berlayar ke timur, lainnya ke barat. Padahal digerakkan oleh angin yang sama. Bukan arah angin yang menentukan ke mana arah perahu, tapi bentangan lebar layarlah yang membawa kita. Seperti angin laut itulah alur kehidupan. Saat kita mengarungi kehidupan, bentangan jiwalah yang menentukan tujuannya, dan bukan ketenangan, atau hirup pikuknya lingkungan kita.” (Ello Wheeler Wilcox) Yang menentukan ...
03
Juli

Poligami itu Bukan untuk Rumor

Gundah. Mungkin itu yang dirasakan para istri, ketika membayangkan suaminya hendak ber-poligami. Dari pemikirannya mengatakan sah saja. Namun hati dan perasaan bicara lain. Seolah tak mau menerima, padahal ia hukum Allah yang sepatutnya diterima. Ada sebagian orang yang berpendapat, “ya poligami memang mubah, tapi nggak harus dipraktekkan toh?” ada juga yang mengeluarkan statement, “silahkan saja kalau mau poligami, ...
18
Januari

Menebar Benih Keikhlasan dalam Bilik Hati

Kita bisa jujur pada hati sendiri, namun seringkali justru membohongi. Setiap ada pilihan berbuat baik, pilihan buruk sentiasa menggoda. Tak lama berfikir, terburu-buru, akhirnya yang keluar adalah keputusan mentah. Berlagak seperti mampu padahal jiwanya rapuh. Bersikap seolah cerdas padahal raganya tertindas. Menepis ruang yang biasa bicara apa adanya, tak dikurang-tambahi. Mencoba tenang dalam airmata yang menggenang. Namun, ...